Bukittinggi, Top Travelers–Masyarakat adat suku Minangkabau terkenal dengan falsafahnya yakni “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Ungkapan itu bermakna bahwa adat Minangkabau berpedoman pada ajaran Islam yang selalu dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Falsafah ini tersebut salah satunya tercermin dalam pakaian adat tradisi kaum Bundo Kanduang (perempuan-red), yakni Baju Kuruang Basiba.
Baju Kuruang Basiba memiliki ciri khas pada bagian samping baju terdapat “Siba” dengan panjang baju sebatas lutut, leher bulat tanpa kerah dan sedikit diberi belahan.
Adapun pada bagian-bagian dari kekhasan baju kurung basiba, terdapat makna sebagai berikut:
Pada Bagian Siba, Siba Batanti Baliak Balah Disisiak Makau
Kaamasan. Secara fisik siba menyambung dua kubu dan belakang. Menggambarkan kemampuan perempuan Minangkabau untuk menyambung dua kubu yang bertolak belakang.
Perempuan Minangkabau harus mampu menjadi mediator, penengah, fasilitator, penyambung lidah dua kaum yang bertolak belakang.
Kemudian pada bagian Kikiek, disebut juga daun budi merupakan pelindung ketiak agar tidak terlihat. Kikiek mencerminkan bagaimana seorang perempuan Minangkabau memiliki fungsi menutupi malu. Mamakai raso jo pareso, manaruah malu jo sopan. Yang juga bermakna adat mamakai, dipakai siang jo malam yang berarti dimanapun berada perempuan Minangkabau tetap berpedoman pada adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah.
Selanjutnya, baju berbentuk kurung, yakni baju yang longgar mengandung makna sebagai Kain Pandindiang Miang, Ameh Pandindiang Malu. Artinya pakaian bagi orang minang adalah sebagai pelindung tubuh. Pakaian juga sebagai penutup malu. Perempuan Minangkabau menutup malu dengan memakai pakaian yang bersifat mengurung tidak menampakkan lekuk tubuh.
Berikutnya Lengan Lapang. Mengandung pepatah Tagak Baapuang jo Aturan, Baukua Jangko jo Jangka. Artinya segala tindak tanduk perempuan Minangkabau harus sesuai dengan aturan, pandai membawa diri dalam kondisi apapun, menjaga sopan santun.
Adapun bentuk lengannya dibiarkan lepas sampai pergelangan tangan agar memudahkan perempuan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari
Leher tanpa kerah, mengandung makna Lihianyo Lapeh Tak Bakatuak, Babalah Sainggo Dado. Leher berfungsi untuk menempatkan aksesoris.
Bagi perempuan Minangkabau, memakai aksesoris dalam menghadiri acara-acara tertentu akan mencerminkan bagaimana kondisi keluarga dan kaumnya.
Sebagai masyarakat yang memegang falsafah Adat Basandi Syara Syara Basandi Kitabullah, maka baju kurung basiba salah satu bentuk perwujudannya.
Hal ini dikarenakan baju ini menutup aurat dan longgar. Tidak semata-mata longgar melainkan memiliki makna yang sangat terkait dengan kebudayaan Minangkabau.
Nah Travelers..Ternyata keragaman budaya nusantara memang sangat mencrminkan kekhasan yang berbasis kearifan lokal sarat makna dan pemahaman tentang menjalani kehidupan.
Salam Warna Warni Nusantara…(***) Rika