Menu

Mode Gelap
 

Tradisi · 11 Dec 2022 13:17 WIB ·

Mengenal Shalawat Dulang Kesenian Tradisi Bernuansa Islam dari Minangkabau


 Shalawat Dulang Kesenian Tradisi Bernuansa Islam dari Minangkabau, Sumatera Barat. Foto dok IST Perbesar

Shalawat Dulang Kesenian Tradisi Bernuansa Islam dari Minangkabau, Sumatera Barat. Foto dok IST

Top Travalers–Shalawat dulang atau shalawat talam adalah salah satu sastra lisan Minangkabau yang bertema Islam berupa pertunjukkan dua orang membacakan hafalan teks diiringi tabuhan dulang, yaitu nampan kuningan berdiameter 65 cm.

Disarikan dari laman situs wikipedia.org, Shalawat Talam adalah sebutan lain dari Shalawat Dulang. Perbedaan penamaan itu hanya disebabkan oleh perbedaan dialek; bahwa dalam dialek Payakumbuh dan Pariaman, kata dulang disebut dengan talam.

Di Payakumbuh ini, khususnya di daerah Koto Panjang, ada pelaku seni tradisi shalawat terdiri dari tiga orang tiap satu klub. Di Pariaman, Klub Shalawat Talam dapat dijumpai di Toboh dan Kampung Dalam.

Berdasarkan informasi dari mulut ke mulut, sejarah shalawat dulang ini berawal dari banyaknya ahli agama Islam asal Minangkabau yang belajar agama ke Aceh, di antaranya Syekh Burhanuddin.

Ia kemudian kembali ke Minangkabau dan menetap di Pariaman. Dari daerah itu, ajaran Islam menyebar ke seluruh wilayah Minangkabau.
Saat berdakwah itu, Syekh Burhanuddin teringat pada kesenian Aceh yang fungsinya menghibur sekaligus menyampaikan dakwah, yaitu rebana.

Syekh Burhanuddin pun kemudian mengambil talam atau dulang yang biasa digunakan untuk makan dan menabuhnya sambil mendendangkan syair-syair dakwah.

Informasi lain menyebutkan bahwa shalawat dulang ini berasal dari Tanah Datar. Di sini salawat dulang dikembangkan oleh kelompok Tarekat Syatariah sebagai salah satu cara untuk mendiskusikan pelajaran yang mereka terima. Oleh karena itu, pesannya cenderung berisi ajaran tasawuf.

Dalam pertunjukkan shalawat dulang, dua pendendang duduk bersisian dan menabuh dulang bersamaan. Keduanya dapat berdendang bersamaan atau saling menyambung lirik dalam syair.

Pendendang umumnya laki-laki. Namun, kini terdapat pula pendendang-pendendang perempuan meskipun belum begitu berterima di masyarakat Minangkabau sendiri.

Penampilan shalawat dulang berupa tanya jawab, saling serang, dan saling mempertahankan diri sehingga pendendang kadang dijuluki menurut nama-nama senjata, seperti “peluru kendali” atau “gas beracun” dan hanya bisa dilaksanakan bila pendendang berjumlah setidaknya dua orang.

Pembacaan hafalan teks berdurasi antara 25 hingga 40 menit, biasanya berisi tafsiran dari ayat Alquran atau hadits yang telah ditulis sebelumnya.

Sesi pembacaan satu teks ini disebut salabuahan (disebut juga satanggak atau satunggak).

Biasanya, tradisi shalawat dulang dipertunjukkan pada hari-hari besar umat muslim seperti Maulid Nabi, Idul Fitri, dan Idul Adha atau pada upacara bernuansa agama seperti ketika menaiki rumah baru dan khatam Al-Quran.

Tempat penyelenggaraan salawat dulang biasanya merupakan tempat yang dipandang terhormat menurut nilai masyarakat Minangkabau, seperti surau atau masjid, atau tempat untuk tamu yang dihormati bila diadakan di rumah penduduk yang biasanya terletak di bagian kiri dari pintu masuk utama.(***) IST

Artikel ini telah dibaca 13 kali

Baca Lainnya

Selama Nyepi PT TWC Tutup Total Candi Prambanan Untuk Umum

17 March 2023 - 18:50 WIB

Kemenparekraf: Pelaku Usaha Kreasikan Dodol Betawi Jadi Kuliner Kekinian

14 December 2022 - 10:13 WIB

Pacu Kudo, Kilas Tradisi Warisan Leluhur Suku Minangkabau

29 November 2022 - 20:43 WIB

Gordang Sembilan Seni Tradisi Perkusi Suku Mandailing Yang Berdaya Magis

23 November 2022 - 15:00 WIB

Ini Pical Sawahlunto Makanan Vegetarian Khas Punya Kita

22 November 2022 - 19:08 WIB

Tradisi Kebo-Keboan Mitos Mengusir Hama Pagebluk oleh Masyarakat Banyuwangi

21 November 2022 - 19:08 WIB

Trending di Tradisi